Jumat, 09 Desember 2011

Kali Serayu


Kali Serayu atau Sungai Serayu (dulu juga disebut Ci Serayu) adalahsungai di Jawa Tengah. Hulu sungai ini berada di Kabupaten Wonosobo(disebut Tuk Bima Lukar atau mata air Bima Lukar) dan bermuara diCilacap.
Anak sungai Serayu yang besar adalah Kali Klawing, yang berhulu diGunung Slamet. Ada enam kabupaten yang tercakup daerah aliran sungai ini: Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen, dan Kabupaten Cilacap.
Sungai Serayu juga dijadikan tema dalam lagu keroncong Di Tepinya Sungai Serayu.

LEGENDA SUNGAI SERAYU
 Dalam cerita yang beredar di masyarakat, sungai serayu di buat oleh Bima/Bratasena panengah Pandawa. Bima membuat sungai dengan Anunya sambil berjalan mengikuti dewi arimbi yang berjalan didepannya tanpa busana. Karena cintanya / kesengsemnya kepada dewi Arimbi sepanjang perjalanan membuat sungai sambil memuji sang dewi dengan mengucap SIRA AYU , sira ayu yg kemudian sebutan itu dijadikan nama sungai/kali SERAYU. Karena cintanya kepada dewi Arimbi juga dalam proyek pembuatan kali tersebut, kemanapun berjalannya dewi Arimbi diikuti sehingga sungai hasil proyek yg dilalui berkelok-kelok karena Anunya yang bergoyang-goyang (gondal-gandul) ke kiri dan ke kanan.(stt ini cerita versi alm. Kawan saya)

versi lain

Pada suatu ketika, Guru Drona, yaitu gurunya Pandawa dan Kurawa mengadakan ujian terhadap murid murid nya tersebut. Ujian itu adalah perlombaan membuat sungai untuk pengairan sawah sawah,siapa yg menang akan mendapatkan hadiah. Kurawa yg berjumlah 100 orang membuat lebih dahulu,Pandawa masih enak2. Sesudahnya Pandawa mulai mengetahui kalau Kurawa sudah mulai membuat sungai, Pandawa baru mengadakan pembicaraan. Keputusanya, Pandawa akan mulai membuat sungai dari dieng. Caranya dhokar Bima dipegangi oleh Semar, Bima yang narik Semar yang memegangi dhokar Bima tersebut. pada waktu itu Bima melepas pakaianya (lukar) terus kencing.air kencing tersebut kemudian menjadi tuk ( sumber mata air ) Bima lukar. Bima menarik Semar yang memegangi dhokar Bima sampai ke laut selatan.maka terjadilah sebuah sungai yg disebut kali Lawang atau kali Serayu.sedang Kurawa yang berhasil kali Tulis yang menjadi sumber mata air kali Bogowonto.
Cerita lain mengatakan:
Pada suatu ketika pandawa sedang pergi ke Dieng untuk membangun Candi tempat pemujaan. di tengah perjalanan, Bima,salah seorang Pandawa merasa hendak turas ( kencing ), maka dia berhenti untuk kencing.Aneh, Air kencng itu kemudian menjadi sebuah sumber mata air yang berupa sendang.airnya sangat jernih di tempat yg indah. Pada suatu hari, Dewi Drupadi ingin mandi di sendang tersebut, maka berangkatlah Drupadi ke sendang tersebut itu,Drupadi segera melepas pakaian untuk mandi, Bima terkejut menyaksikan kecantikan Drupadi Dalam kondisi telanjang bulat tersbut. mendadak ia merasa ingin kencing, maka dengan membelakangi Dewi Drupadi ia kencing. Dewi Drupadi tahu tahu perbuatan werkudoro tersebut,kemudian bertanya:
“Hai Kanda, mengapa Kanda membalikan badanmu?” Sambil kencing Bima menjawab ” maaf,  setelah saya melihat dinda melepas pakaian, saya terpesona, ternyata adinda adalah seorang putri yang cantik jelita tiada tara, Siro Ayu ( kamu cantik ) Dewi Drupadi tersipu2 mendengar sanjungan Bima tersebut. akibatnya air kencing Bima tersebut menjadi tumpah. terjadilah kali serayu, diambil dari kata sira ayu, sedang sendang tersebut tuk Bima lukar. Hingga kini Sungai Serayu Mengalir dari Wonosobo sebagai sungai Pujaan Bapak Tani  Membelah Bnjarnegara menuju Banyumas dan berakhir di pantai Teluk Penyu Cilacap
menurut cerita apabila orang mandi  atau cuci muka  di sendang bima lukar akan menjadi awet muda –
Cerita lain juga mengatakan:
Kata Serayu konon berasal dari kata Soroh(menyerahkan) dan Hayu(hidup), yang berarti totalitas penyerahan hidup manusia Banyumas terhadap alam semesta. Ini merupakan wujud pemahaman kosmologi masyarakat tradisional di wilayah ini, bahwa kehidupan manusia di dunia menjadi bagian tak terpisahkan dari alam semesta. Alam memiliki kekuatan yang teramat dahsyat, yang mampu memberikan pengaruh apapun terhadap kehidupan manusia, baik positif maupun negatif. Oleh karena itu, dalam usaha menjaga kontinuitas kehidupan dunia, manusia wajib secara total menyerahkan diri sebagai bagian integral perjalanan alam semesta.
Pada masa penyebaran agama Hindu, sungai Serayu digambagkan sebagai analogi dari sungai Gangga di India. Di wilayah Banyumas terdapat legenda bahwa sungai Serayu dibuat oleh Bima hanya dengan menggunakan penisnya. Sumber mata air sungai ini di pegunungan Diang bernama Tuk Bima Lukar. Menurut legenda yang berkembang, pembuatan sungai Serayu dilakukan merupakan acara lomba dengan para Korawa yang berjumlah 100 orang, dipimpin oleh Pendhita Drona. Bima membuat sungai Serayu, sementara Korawa membuat sungai Klawing.
Sesampainya di suatu tempat, Bima didampingi oleh punakawan menggelar tikar untuk istirahat makan. Namun belum sempat memakan bekal yang sudah disiapkan terdengar sorak-sorai Korawa yang merasa yakin akan memenangkan lomba itu. Akhirnya Bima batal istirahat. Tempat untuk menggelar tikar selanjutnya disebut kampung “Gelaran”. Bima memandang (Jawa: nyawang) ke arah selatan dan tampak (Jawa: katon) para Korawa sedang berpesta merayakan kemenangan mereka. Tempat untuk memandang (nyawang) selanjutnya disebut kampung “Sawangan” dan tempat para Korawa tampak sedang berpesta disebut “Somakaton” (berasal dari kata para “Kusuma wus katon”). Ketiga tempat ini terdapat di wilayah Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas.
Khawatir mengalami kekalahan, maka Bima segera mempercepat kerjanya, dan akhirnya memenangkan perlombaan. Kekalahan Korawa menempatkan Pandhita Drona sebagai korban. Pandhita dari Sokalima itu dihukum dengan cara dipotong penisnya dan dibuang di tepian sungai Klawing. Tempat itu sekarang dikenal dengan nama Panembahan Drona, bertempat di Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga. Di tempat itu masih tersimpan sebuah lingga yang konon penjelmaan dari penis Pandhita Drona.


Tidak ada komentar: