Selasa, 24 Mei 2016

Belajar dari Seni Begalan

Belajar dari Seni Begalan

Begalan


         A. Sejarah Begalan

Kata "Begalan" berasal dari bahasa Jawa, artinya pencegatan dalam perjalanan untuk meramp. Menurut para pakar budaya di Banyumas, tra­disi begalan muncul sejak Pemerintah Bupati Ba­nyumas ke XIV, saat itu Raden Adipati Tjokronegoro (tahun 1850). Pada jaman itu Adipati Wirasaba berhajat mengawinkan putri bung­sunya Dewi Sukesi dengan Pangeran Tirtokencono, putra sulung Adipati Ba­nyumas. Satu minggu se­telah pernikahannya Sang Adipati Banyumas ber­kenan memboyong kedua mempelai dari Wirasaba ke Kadipaten Banyumas (ngun­duh temanten), berjarak kurang lebih 20 km.
Rombongan yang dikawal sesepuh dan pengawal Kadi­paten Wirasaba dan Ba­nyumas, di tengah per­jalanan di hutan yang angker, rombongan di­hadang oleh seorang begal (perampok) berbadan tinggi besar, hendak merampas semua barang bawaan rombongan pengantin. Terjadilah peperangan antara para pengawal melawan Begal raksasa yang mengaku sebagai penunggu daerah tersebut.
Pada pertempuran itu begal dapat di­kalahkan. Kemudian lari menghilang masuk ke dalam Hutan yang angker dan wingit. Perjalanan dilanjut­kan kembali, melewati desa Sokaweradan Kedunguter. Sejak itu para leluhur daerah Banyumas berpesan terhadap anak cucu agar mentaati tata cara per­syaratan perkawinan, di­kandung maksud kedua mempelai terhindar dari marabahaya.

B. Proses Begalan

Prosesi begalan ini diadakan apabila mempelai laki-laki merupakan putra sulung. Seni begalan berupa kombinasi antara seni tari dan seni tutur atau seni lawak dengan iringan gending sederhana. Seperti layaknya tari klasik, gerak tarinya tak terikat pada aturan tertentu yang penting gerak selaras dengan irama gending. Jumlah penari terdiri dari dua orang, seorang bertindak sebagai pembawa barang-barang (peralatan dapur) yang bernama Gunareka, dan satu orang lagi bertindak sebagai pembegal/perampok yang bernama Rekaguna . Uba rampe/barang-barang yang dibawa antara lain Uba rampe begalan adalah: padi dan palawija, kipas, kukusan, irus, cething, siwur, enthong, layah dan ulegan, talenan, dan dingklik. Barang bawaan ini biasa disebut brenong kepang. Pembegal biasanya membawa pedang kayu yang bernama wlira. Kostum pemain cukup sederhana, umumnya mereka mengenakan busana Jawa.

       C. Pesan yang terkandung pada uba rampe

Uba rampe begalan adalah: padi dan palawija, kipas, kukusan, irus, cething, siwur, enthong, layah dan ulegan, talenan, dan dingklik.
Seluruh uba rampe digantungkan pada angkring atau pikulan dari bambu yang berkaki rangkap. Wangkring adalah symbol kemandirian keluarga yang mampu berdiri sendiri atau mandiri. Kedua pasang kaki angkring merupakan symbol suami instri yang mampu menopang segala kebutuhan dan beban, yang dijalaninya dengan tulus ikhlas. Meski demikian, perlu disadari bahwa kekuatan manusia itu ada batasnya, sehingga mereka harus menjalani kehidupan sesuai ukuran dan kekuatan sendiri; bukan menggunakan standar hidup orang lain.
Padi dan palawija melambangkan Dewi Sri, dewi kesuburan dan kemakmuran. Diharapkan kedua mempelai diberi Tuhan benih-benih kesuburan dan akan segera dianugerahi keturunan berupa anak yang saleh dan salehah, berbakti kepada kedua orang tua, bangsa, dan agamanya. Padi juga menggambarkan kemakmuran, sehingga diharapkan kedua mempelai dalam menjalani bahtera kehidupan akan dilimpahkan rejekinya, cukup pangan, sandang, dan papan.
Kipas atau ilir memiliki makna ganda, dapat digunakan pada saat kegerahan, bisa pula dimanfaatkan untuk membesarkan atau mengobarkan api tungku di dapur. Namun janganlah sekali-kali mengipas-ipasi tetangga atau orang lain, karena akan berdampak buruk bagi semua pihak, termasuk bagi diri sendiri.
Irus berfungsi membolak-balik atau mengaduk sayur yang sedang dimasak agar bumbu merata. Hal ini mengandung pesan agar sesuatu perkara hendaknya diolah dan dipikir berdua sebaik-baiknya. Mempelai berdua hendaknya mengedepankan mufakat, jangan sampai melakukan aksi sepihak yang berakhir pada penyesalan. “Setelah menjadi orang tua, kedua mempelai juga diharapkan tidak mban cindhe mban ciladan, yaitu pilih kasih atau memperlakukan secara diskriminatif terhadap anak-anak mereka. Orang tua harus mampu berbuat adil dan merata bagi anak-anaknya.
Cowek/Layah dan ulegan melambangkan lingga dan yoni. Keduanya tak dapat dipisahkan dan harus menyatu bila hendak mendapatkan bumbu dan citarasa yang nikmat. Layah tidak mungkin dapat digunakan tanpa ulegan, begitu pun sebaliknya. Suami dan istri harus dapat menyontoh kedua alat dapur tersebut, yaitu selalu setia menjaga bahtera kehidupan rumah tangga. Jangan sampai keduanya berjalan sendiri-sendiri bila ingin keutuhan rumah tangga tetap bertahan.
Cething atau bakul nasi merupakan simbol wadah rejeki. Ia perlu diisi ketika sudah kosong. Itulah rejeki yang mesti dicari dan diperjuangkan lewat kerja oleh kedua mempelai. Jika tidak diisi tentu cething itu akan kosong, karena tuntutan kehidupan yang beraneka macam. Rejeki yang perlu dituangkan dalam cething tentunya harus dicari lewat cara-cara yang halal agar mendapatkan berkah dari Tuhan.
Kukusan merupakan tempat beras dimasak menjadi nasi. Meskipun kukusan dan beras tidak terendam air saat dimasak, beras menjadi matang oleh uap air di bawahnya. Itulah gambaran dari panasnya gejolak kehidupan ini. Jangan sampai diterjuni secara langsung apa adanya, namun ambillah uapnya; makna yang tersirat dalam gejolak itu. Untuk memahaminya butuh waktu sepenanak nasi atau beberapa waktu yang tidak terlalu lama. Kenikmatan dan kebahagiaan itu butuh waktu dan tenaga untuk mendapatkannya.

Siwur atau gayung berfungsi untuk menyiram atau mengguyur. Maknanya, kedua mempelai harus mampu menciptakan suasana sejuk dalam membina rumah tangganya. Masing-masing harus mampu menyejukkan pasangannya bila sedang terjadi situasi konflik yang memanas. Siraman rohani juga diperlukan untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawadah, dan warohmah.

Semoga bermanfaat

Sumber :

Chusmeru ; Begalan sebagai Komunikasi Tradisional Banyumas  http://komunikasi.unsoed.ac.id
Liberty Ika ; Tradisi  Begalan Banyumasan http://libertyika.blogspot.co.id
Dan sumber lain