Sabtu, 12 November 2011

BAB I PTK

B A B   I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa “mengkonstruksi” atau membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki (Jonanssen, 1991). Model pembelajaran yang sering digunakan pada pembelajaran konstruktivistik adalah pembelajaran menemukan (discoveri learning) dan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning). Diharapkan siswa memperoleh pengalaman baru melalui discovery learning menggunakan model jaring-jaring kubus untuk maningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep jaring-jaring bangun ruang.
          Di dalam Pembukaan UUD Negara RI tahun 1945, tersirat cita-cita pendidikan nasional, yakni untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Fungsi pendidikan nasional adalah “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Adapun tujuan pendidikan nasional adalah “untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. (Pasal 3 UU RI no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
  Ki Hajar Dewantoro, seorang tokoh pendidikan nasioanal, memperkenalkan pendekatan pendidikan yang diungkapkan melalui tiga prinsip utama peran pendidik, yaitu “ing ngarso sung tulodo”, “ing madyo mbangun karso” dan “tut wuri handayani”.
Bercermin dari uraian di atas dan menengok fakta di lapangan, masih ada sebagian guru yang masih “mentrasfer” ilmu sebagaimana menyuapi siswa dengan makanan jadi. Siswa dijejali rumus atau konsep tanpa melalui proses pembelajaran yang semestinya. Sehingga siswa hanya menerima pengetahuan saja. Dengan menggunakan model jaring-jaring kubus, siswa memperoleh pengalaman baru dan mengajak siswa untuk berfikir logis, divergen, dan terbuka.
         Sehubungan hal tersebut di atas, diadakan perbaikan pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi hasil belajar matematika tehadap konsep jaring-jaring bangun ruang di Sekolah Dasar Negeri 2 Pandanlor.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang menjadi fokus perbaikan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
       1. Apakah penggunaan  model jaring-jaring kubus dapat meningkatkan        prestasi hasil belajar konsep jaring-jaring bangun ruang ?
2. Apakah penggunaan model jaring-jaring kubus dapat memotivasi siswa  dalam pembelajaran konsep jaring-iaring bangun ruang ?
       3. Kendala apakah yang mungkin terjadi pada pembelajaran konsep jaring-      jaring bangun ruang ?
4. Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala     yang mungkin terjadi dalam pembelajaran ?

C.      Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :
       1. Memperoleh informasi faktual tentang penggunaan jaring-jaring kubus dalam pembelajaran meningkatkan hasil belajar konsep jaring-jaring bangun ruang.
       2. Memperoleh informasi faktual tentang penggunaan jaring-jaring kubus terhadap motivasi siswa dalam pembelajaran konsep jaring-jaring bangun ruang.
       3. Memperoleh informasi faktual tentang kendala-kendala yang mungkin terjadi pada pembelajaran konsep jaring-jaring bangun ruang.
        4. Memperoleh informasi faktual tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.

D.  Manfaat penelitian
     Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat bagi guru, pembelajaran, maupun bagi sekolah.
1.      Bagi guru.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat mendorong kreatifitas guru untuk dapat menciptakan dan mengembangkan pembelajaran yang kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga ptestasi belajar siswa meningkat. Selain itu juga dapat membiasakan guru untuk manghargai pendapat siswa.
2.      Pembelajaran/siswa.
Mamfaat penelitian bagi siswa antara lain ; memotifasi siswa untuk belajar serta aktif mengelola belajarnya sendiri, memperoleh pengalaman konkret, memberi pengalaman baru dan akan diingat dalam waktu lama (long-term memory), mendorong siswa untuk membuat pertanyaan what if questions (apa yang akan terjadi, bila ....), memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan temuannya dan menerapkan temuan mereka dalam konteks yang lain.
3.      Bagi sekolah.
Selain dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menentukan Anggaran Belanja Sekolah juga dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan prestasi hasil belajar matematika.

Tidak ada komentar: