Media yang memberitakan kisah Badri adalah akhbaar24.argaam.com dalam artikel yang ditulis pada 27 September lalu. Mereka memberi tajuk: Jemaah Haji Asal Indonesia menggendong ibunya Selama Hari-hari Haji.
Dalam artikel berbahasa arab tersebut, dituliskan Badri selama rangkaian ibadah haji terus menggendong ibundanya di belakang. Lengan wanita berusia 85 tahun terus melingkar di leher Badri.
Dituliskan juga, aksi Badri itu sengaja dilakukan hanya untuk mengharapkan ridha Allah SWT. Sebetulnya, Badri bisa saja menyewa kursi roda untuk ibunda, namun dia memilih untuk tetap menggendong. Hebatnya, Badri tak merasa sedikit pun kelelahan atau cidera, baik di Arafat maupun di Muzdalifah, sampai prosesi lempar jumrah.
Aksi Badri ini juga jadi sorotan di artikel Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia. Mereka menyebut Badri mirip dengan seorang tokoh saleh yang dikagumi nabi Muhammad SAW, yakni Uwais, seorang seorang penduduk desa al-qarani di Yaman yang menggendong orangtuanya selama melaksanakan rukun haji.
Menghajikan sang bunda menjadi cita-cita Badri Mir sejak lama. Terbayang olehnya kesusahan sang bunda ketika melahirkan dirinya. “Kenapa saya tidak menyusahkan diri pada masa hidupnya dan menggembirakannya, karena beliau bagi saya lebih berharga dari semua kesenangan dunia,” tegasnya.
Karena alasan itulah, Badri Mir memilih untuk menggendong langsung ibunya. Menggunakan kursi roda bahkan tidak pernah terpikirkan olehnya. “Saya tidak pernah berniat untuk mengambil kursi roda dan mendorongnya selama beliau bersama saya. Selagi saya masih kuat, saya ingin terus menggendongnya,” ujar Badri.
“Isteri saya juga ikut menemani dan membantu saya memberikan minum. Saya tidak merasa lelah sedikitpun, tidak pada hari Arafah, dan juga tidak di Muzdalifah dan Mina, sampai kepada melontar Jumrah,” katanya lagi.
Selama prosesi haji, Badri mengaku hanya menghindari kepadatan agar tidak terjadi saling mendorong atau kepadatan. Baginya, nyawa sang bunda lebih berharga dan lebih penting dari nyawanya. “Isteri saya juga senang dengan apa yang saya lakukan, berbakti kepada ibu saya, agar anak-anak saya dapat melihat dan belajar bagaimana kasih sayang kedua orang tua,” harapnya.
Disinggung soal biaya haji, Badri mengaku membayar sampai USD 3.200. Meski menurutnya itu merupakan biaya yang tinggi, tetapi Badri menilai bahwa haji adalah ibadah sekali seumur hidup. “Saya bersama isteri mengumpulkan biaya tersebut di dalam perantauan. Alhamdulillah, seluruh biaya tersebut dapat terkumpul,” katanya.
Ke depan, Badri yang sebelumnya berkerja di luar negeri, ingin pulang ke Tanah Air untuk bekerja di kebun miliknya. Badri mengaku merantau ke luar negeri menjadikannya jauh dari sang bunda, padahal ibunya sangat membutuhkan dirinya. “Saya berharap Allah memberi pahala atas bakti saya kepada bunda. Semoga Allah juga menyempurnakan hajinya serta mewujudkan cita-citanya,” harap Badri.
sumber : http://haji.kemenag.go.id/